Halo admin, kami dari tim BekasiErorSystem ingin mengkritik Seringnya insiden sosial politik yang terus berulang bukan sekadar anomali, melainkan indikasi disfungsi struktural dalam tata kelola negara. Ketika representasi demokratis kehilangan substansinya dan mekanisme respons pemerintah bersifat parsial dan reaktif, yang terancam bukan hanya stabilitas politik, tetapi juga legitimasi kelembagaan. Negara yang gagal membaca gelombang keresahan publik pada akhirnya akan menghadapi dislokasi kepercayaan yang lebih dalam. Sejarah telah membuktikan bahwa represi hanya menunda, bukan menyelesaikan. Apakah kita sedang menyaksikan titik balik krisis legitimasi? Anda duduk di kursi empuk, bicara tentang pembangunan, tentang rakyat, tentang masa depan - meski tangan Anda berlumuran darah, darah kaum miskin tak pernah Anda lihat matanya. Anda tersenyum di layar televisi, mengenakan batik, mencium bendera, bersumpah atas nama Tuhan, tetapi saat rakyat tidur lapar, Anda tidur di kasur yang dibeli dari hasil mencuri. Kau bukan sekedar pencuri, kau pengkhianat yang mengiris urat nadi negeri ini perlahan, biarkan rumah sakit tak ada obatnya, sekolah ambruk, dan jembatan ambruk, sementara rekeningmu gendut dan anak-anakmu sekolah di negeri Asinwahan kau tak malu, karena kau tak lagi punya wajah—yang tersisa hanya Topeng Palsu. Kau bukan pahlawan, kau bukan pemimpin, kau adalah luka yang terus menganga di tubuh negeri ini. Di negeri ini, keadilan dibeli, hukum dilipat, dan suara rakyat dibungkam oleh amplop yang kau tebar bagai kutukan. Kau adalah pembunuh berdasi, perampok bersertifikat, dan setan yang menyamar sebagai pejabat. Ingat, namamu mungkin terukir di batu nisan megah, tetapi tak akan ada doa dari rakyat. Yang tersisa hanyalah air liur dan amarah yang tak pernah habis waktu.